Dalam penulisan karya ilmiah seperti skripsi, istilah gap penelitian sering muncul ketika mahasiswa mulai menyusun latar belakang. Secara sederhana, gap dalam skripsi adalah kesenjangan penelitian, yaitu bagian dari bidang studi yang belum pernah dibahas, belum tuntas, atau masih memiliki kekurangan dari penelitian sebelumnya. Gap inilah yang menjadi alasan utama mengapa suatu penelitian perlu dilakukan. Tanpa menemukan gap, skripsi cenderung tidak memiliki nilai kebaruan dan hanya mengulang apa yang sudah ada.
Gap penelitian bisa muncul dari berbagai hal, seperti perbedaan hasil penelitian terdahulu, keterbatasan data, perkembangan teori baru, atau perubahan kondisi sosial yang membuat hasil penelitian lama tidak lagi relevan. Mahasiswa dituntut untuk bisa melihat celah ini dengan kritis agar topik yang dipilih benar-benar layak diteliti. Dengan demikian, gap tidak hanya menjadi formalitas akademik, tetapi juga menjadi fondasi utama bagi terciptanya karya ilmiah yang orisinal.
Dalam konteks akademik, gap juga menunjukkan kemampuan peneliti dalam membaca literatur dan memahami perkembangan bidangnya. Semakin tajam analisis terhadap penelitian terdahulu, semakin kuat pula alasan untuk melakukan penelitian baru. Itulah sebabnya, menemukan dan menjelaskan gap secara logis merupakan salah satu aspek yang paling diperhatikan oleh dosen pembimbing.
Gap juga bisa muncul karena adanya fenomena baru yang belum diteliti secara mendalam. Misalnya, perubahan perilaku konsumen setelah munculnya media sosial, atau kebijakan pemerintah yang baru diterapkan dan belum dievaluasi. Kondisi-kondisi seperti ini menjadi peluang bagi mahasiswa untuk meneliti hal baru dengan sudut pandang yang relevan. Gap bukan hanya kekurangan dari penelitian lain, tapi juga kesempatan untuk menambah pengetahuan di bidang tertentu.
Pada akhirnya, memahami arti gap dalam skripsi membantu mahasiswa untuk membangun dasar yang kuat sebelum masuk ke tahap metodologi. Gap bukan sekadar istilah akademis, tetapi inti dari alasan mengapa sebuah penelitian dilakukan.
Baca Juga: Kajian Linguistik Pragmatik dalam Konteks Pendidikan
Fungsi dan Manfaat Gap dalam Penelitian Skripsi
Menemukan gap dalam skripsi tidak hanya penting untuk menunjukkan kebaruan, tetapi juga untuk memastikan bahwa penelitian yang dilakukan benar-benar punya kontribusi ilmiah. Fungsi utama dari gap penelitian adalah menjadi dasar argumentasi mengapa penelitian baru diperlukan. Dengan menjelaskan gap secara jelas, peneliti mampu menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan bukan sekadar pengulangan, melainkan solusi dari kekurangan yang ada.
Selain itu, gap berfungsi untuk mengarah pada rumusan masalah dan tujuan penelitian. Saat mahasiswa menemukan celah di penelitian sebelumnya, otomatis mereka akan tahu aspek mana yang perlu dijawab atau diperbaiki. Dengan begitu, gap membantu dalam membangun struktur berpikir yang sistematis, mulai dari latar belakang, rumusan masalah, hingga tujuan penelitian.
Gap juga berperan dalam memperkuat landasan teori. Dengan mengetahui kekurangan teori lama, mahasiswa dapat memilih atau memodifikasi teori yang lebih relevan untuk mendukung penelitian mereka. Proses ini membuat skripsi menjadi lebih tajam dan ilmiah. Di sisi lain, dosen pembimbing biasanya melihat sejauh mana mahasiswa memahami konteks teoretis melalui kemampuan mereka menjelaskan gap.
Manfaat lainnya adalah membantu mahasiswa dalam menentukan arah metode penelitian. Misalnya, jika gap terletak pada kurangnya data kualitatif di penelitian terdahulu, maka mahasiswa bisa melengkapinya dengan pendekatan wawancara mendalam. Sebaliknya, jika penelitian sebelumnya bersifat subjektif, maka gap bisa diisi dengan penelitian kuantitatif untuk memperkuat bukti empiris. Gap membuat metode penelitian menjadi lebih terarah dan beralasan.
Terakhir, gap memiliki fungsi praktis dalam meningkatkan nilai kebaruan dan daya saing akademik. Penelitian yang punya gap jelas akan lebih dihargai karena memberi kontribusi nyata terhadap pengembangan ilmu. Inilah yang membuat dosen pembimbing dan penguji biasanya menaruh perhatian besar pada bagian gap dalam bab pendahuluan.
Jenis-Jenis Gap dalam Skripsi
Dalam praktiknya, gap penelitian memiliki beberapa jenis yang perlu dipahami mahasiswa agar bisa menentukan fokus yang tepat. Berikut jenis-jenis gap yang sering ditemukan dalam penyusunan skripsi:
-
Gap Teoretis (Theoretical Gap)
Terjadi ketika ada perbedaan pandangan atau hasil antar teori. Mahasiswa bisa meneliti untuk menjelaskan teori mana yang lebih sesuai dengan fenomena terkini. -
Gap Empiris (Empirical Gap)
Ditemukan saat ada hasil penelitian yang saling bertentangan, atau data empiris yang belum lengkap. Biasanya muncul dalam bidang ilmu sosial dan ekonomi. -
Gap Konseptual (Conceptual Gap)
Berkaitan dengan kurangnya pemahaman atau model konsep dalam menjelaskan suatu fenomena. Jenis ini sering dipakai dalam penelitian kualitatif. -
Gap Metodologis (Methodological Gap)
Muncul ketika penelitian terdahulu hanya menggunakan satu metode tertentu. Peneliti baru bisa melengkapinya dengan metode berbeda untuk hasil yang lebih komprehensif. -
Gap Kontekstual (Contextual Gap)
Terjadi saat penelitian lama dilakukan di konteks waktu atau tempat yang berbeda, sehingga hasilnya tidak lagi relevan untuk situasi sekarang.
Mengetahui jenis gap ini membantu mahasiswa dalam menentukan fokus penelitian. Misalnya, jika skripsi ingin memperkuat teori lama, maka yang dicari adalah gap teoretis. Tapi jika ingin meneliti fenomena baru, biasanya gap kontekstual atau empiris lebih cocok.
Langkah-Langkah Menemukan Gap dalam Skripsi
Bagi banyak mahasiswa, menemukan gap bisa jadi tantangan terbesar di tahap awal penyusunan skripsi. Tapi sebenarnya, dengan cara yang tepat, proses ini bisa dilakukan lebih mudah. Berikut langkah-langkah yang bisa diikuti:
-
Membaca literatur secara mendalam. Telusuri jurnal, artikel, dan skripsi terdahulu yang relevan dengan topikmu.
-
Identifikasi kesenjangan penelitian. Perhatikan bagian saran penelitian sebelumnya karena di situ biasanya terdapat celah yang bisa diangkat.
-
Perhatikan perubahan fenomena. Dunia terus berkembang, sehingga hasil penelitian lama bisa jadi sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang.
-
Bandingkan hasil antar penelitian. Jika ada hasil yang berbeda atau kontradiktif, di situlah kemungkinan besar terdapat gap.
-
Konsultasikan dengan dosen pembimbing. Mereka biasanya bisa membantu menilai apakah gap yang kamu temukan cukup kuat untuk dijadikan dasar penelitian.
Langkah-langkah ini bisa diterapkan di semua bidang ilmu, baik eksakta, sosial, maupun humaniora. Yang penting, mahasiswa perlu melatih kemampuan analisis kritis agar bisa membaca literatur bukan hanya untuk disalin, tapi dipahami dan dibandingkan. Gap yang ditemukan dengan cara sistematis akan lebih mudah diterima dalam sidang proposal.
Kesalahan Umum saat Menentukan Gap Penelitian
Menentukan gap memang butuh ketelitian. Sayangnya, banyak mahasiswa masih keliru dalam mengidentifikasinya. Berikut beberapa kesalahan umum yang sering terjadi:
-
Menyebut topik baru sebagai gap, padahal belum tentu ada kesenjangan ilmiah.
-
Menganggap kurangnya penelitian di Indonesia otomatis berarti ada gap.
-
Tidak menyertakan bukti dari penelitian sebelumnya untuk mendukung klaim adanya gap.
-
Salah memahami konsep gap, hingga hanya meniru pernyataan dari penelitian lain.
-
Tidak menuliskan alasan logis mengapa gap tersebut perlu diteliti.
Kesalahan-kesalahan ini bisa membuat proposal skripsi ditolak karena dianggap tidak punya dasar kuat. Maka dari itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa gap bukan hanya “hal yang belum diteliti”, tetapi “hal yang penting untuk diteliti karena punya nilai akademik dan relevansi ilmiah”.
Baca Juga: Kajian Semiotik dan Stilistika terhadap Imaji Bahasa Sastra
Kesimpulan
Gap dalam skripsi adalah kesenjangan penelitian yang menunjukkan adanya ruang bagi peneliti baru untuk menambah pengetahuan. Menemukan dan menjelaskan gap dengan benar menjadi dasar utama dalam menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan metodologi. Gap yang jelas membuat skripsi lebih kuat, relevan, dan bernilai ilmiah tinggi.
Dengan memahami berbagai jenis gap, mahasiswa dapat menentukan fokus penelitian dengan lebih mudah. Setiap gap memiliki karakteristik tersendiri yang perlu disesuaikan dengan bidang ilmu dan tujuan penelitian. Selain itu, menghindari kesalahan umum seperti salah tafsir atau tidak mencantumkan bukti dari penelitian sebelumnya juga sangat penting agar gap terlihat meyakinkan.
Pada akhirnya, menemukan gap bukan sekadar formalitas akademik, melainkan langkah penting untuk membangun skripsi yang orisinal, bermanfaat, dan memberikan kontribusi nyata terhadap dunia ilmiah.
Ketahui lebih banyak informasi terbaru dan terlengkap mengenai skripsi dengan mengikuti terus artikel dari Skripsi Malang. Dapatkan juga bimbingan eksklusif untuk skripsi dan tugas akhir bagi Anda yang sedang menghadapi masalah dalam penyusunan skripsi dengan menghubungi Admin Skripsi Malang sekarang juga! Konsultasikan kesulitan Anda dan raih kelulusan studi lebih cepat.