Menulis kutipan dari wawancara bisa jadi bagian paling menarik atau paling membingungkan dalam proses penulisan akademik dan jurnalistik. Di satu sisi, wawancara memberikan data yang kaya, otentik, dan penuh nuansa yang sangat bernilai dalam menyusun argumen atau menggambarkan suatu situasi. Namun, di sisi lain, menuliskan kutipan wawancara dengan tepat memerlukan kejelian dan pemahaman terhadap etika serta teknik penulisan yang benar. Kesalahan dalam menulis, seperti mengubah makna atau tidak mencantumkan sumber dengan benar, bisa merusak kredibilitas tulisan Anda. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti pedoman yang tepat dalam menuliskan kutipan tersebut.
Artikel ini hadir untuk membimbing Anda secara lengkap dan santai tentang bagaimana menuliskan kutipan wawancara yang benar, baik untuk tugas kuliah, skripsi, laporan penelitian, maupun artikel populer. Dari tahap awal, seperti persiapan wawancara dan pemilihan kutipan yang relevan, hingga bagian teknisnya, seperti format kutipan yang tepat, setiap langkah memiliki peranan penting untuk memastikan kutipan Anda akurat dan jelas. Mari kita bahas satu per satu, dari cara memulai wawancara yang baik hingga teknik menulis yang benar sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Baca Juga: Penulisan Kutipan dari Sumber Buku: Panduan Lengkap untuk Mahasiswa dan Peneliti
Mengapa Kutipan Wawancara Penting?
Wawancara adalah sumber primer yang dapat memperkaya tulisan Anda. Berbeda dengan data sekunder seperti buku atau jurnal, wawancara memberikan perspektif langsung dari narasumber. Berikut beberapa alasan mengapa kutipan wawancara sangat berharga:
- Menghadirkan suara langsung narasumber
Kutipan dari narasumber dapat memberikan konteks yang lebih personal dan mendalam. - Memvalidasi argumen atau data
Pendapat pakar atau pengalaman nyata dapat memperkuat isi tulisan Anda. - Menambah kredibilitas tulisan
Tulisan yang memuat kutipan wawancara terasa lebih hidup dan terpercaya.
Jenis Kutipan Wawancara
Sebelum menulis kutipan, penting untuk memahami jenis-jenisnya. Umumnya, kutipan wawancara dibagi menjadi dua:
- Kutipan Langsung
Menyalin ucapan narasumber secara persis seperti yang diucapkan biasanya ditandai dengan penggunaan tanda kutip (“…”), contohnya: “Saya merasa kebijakan itu belum menyentuh kebutuhan masyarakat di desa,” ujar Lina, aktivis pendidikan.
- Kutipan Tidak Langsung (Parafrase)
Menyampaikan kembali pernyataan narasumber dengan kata-kata penulis tanpa mengubah maknanya disebut parafrase, misalnya: Lina, seorang aktivis pendidikan, menyampaikan bahwa kebijakan tersebut belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat desa.
Keduanya bisa digunakan bergantian, tergantung konteks, panjang kutipan, dan gaya penulisan yang Anda pilih.
Persiapan Menulis Kutipan dari Wawancara
Sebelum sampai pada tahap menulis, Anda harus memastikan bahwa wawancara dilakukan secara etis dan didokumentasikan dengan baik. Berikut beberapa langkah awal:
- Mendapatkan Izin
Pastikan narasumber mengetahui bahwa wawancaranya akan digunakan dalam tulisan dan bersedia dikutip. Jika perlu, minta izin tertulis. - Merekam Wawancara
Gunakan alat perekam suara agar Anda bisa menyalin kutipan dengan akurat. - Membuat Transkrip
Transkrip sangat penting untuk menghindari salah kutip dan membantu Anda memilih kutipan terbaik. - Menandai Kutipan Penting
Tandai bagian-bagian yang relevan dan kuat untuk dijadikan kutipan.
Cara Menulis Kutipan Wawancara Secara Akademik
Dalam konteks akademik seperti skripsi, tesis, atau artikel ilmiah, kutipan wawancara harus ditulis secara sistematis. Berikut panduannya:
- Menyebut Identitas Narasumber
Minimal, Anda perlu menyebutkan nama lengkap narasumber, jabatan atau profesi (jika relevan), dan tanggal wawancara. Contoh penulisannya bisa seperti ini: “Perubahan iklim telah berdampak besar pada pola tanam petani,” kata Ir. Rudi Hartanto, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, dalam wawancara pada 3 Maret 2025. Jika narasumber meminta anonimitas, gunakan kode atau nama samaran, dan berikan penjelasan dalam catatan kaki atau lampiran.
- Format Penulisan Kutipan Wawancara (Berdasarkan Gaya Sitasi)
Berikut adalah contoh format penulisan kutipan wawancara dalam tiga gaya kutipan yang umum digunakan. Dalam APA Style, pribadi ditulis langsung di dalam teks seperti ini: (R. Hartanto, wawancara pribadi, 3 Maret 2025). Perlu dicatat bahwa wawancara pribadi tidak dicantumkan dalam daftar pustaka karena tidak dapat diakses oleh pembaca umum. Sementara itu, MLA Style hanya mencantumkan nama narasumber dalam teks (Hartanto), dan menuliskannya di daftar pustaka sebagai berikut: Hartanto, Rudi. Wawancara. 3 Mar. 2025.
Sedangkan dalam Chicago Style (Notes and Bibliography), kutipan wawancara dicantumkan dalam catatan kaki seperti ini: Rudi Hartanto, wawancara oleh penulis, 3 Maret 2025. Lalu di bagian bibliografi ditulis: Hartanto, Rudi. Wawancara oleh penulis. 3 Maret 2025. Pilihan gaya mana yang akan digunakan tergantung pada pedoman yang ditetapkan oleh institusi atau publikasi tempat Anda menulis.
Menulis Kutipan Wawancara dalam Tulisan Populer
Untuk artikel majalah, blog, atau esai, formatnya lebih luwes. Anda bisa menuliskan kutipan seperti dialog atau narasi, selama jelas siapa yang bicara.
Contoh 1: Dialog Ringkas
“Kami harus bangun pukul 4 pagi demi mengairi sawah,” kata Pak Darto sambil menghela napas.
Contoh 2: Naratif
Pak Darto bercerita bahwa sejak bendungan rusak, warga desa harus bangun dini hari agar kebagian air untuk pertanian mereka.
Dalam gaya penulisan ini, penekanan ada pada alur cerita dan nada wawancara, bukan format akademik yang kaku.
Etika dalam Menulis Kutipan Wawancara
Tak hanya soal teknis, menulis kutipan wawancara juga menyangkut aspek etis. Berikut beberapa hal yang harus Anda jaga:
- Transparansi
Jelaskan kepada narasumber bagaimana kutipan akan digunakan. - Kerahasiaan
Hormati permintaan narasumber jika mereka ingin anonim atau hanya menyampaikan off the record. - Keakuratan
Jangan memanipulasi ucapan narasumber agar sesuai dengan opini pribadi Anda. - Konfirmasi Ulang (Jika Perlu)
Untuk wawancara yang sensitif, Anda bisa mengirim kutipan ke narasumber untuk dikonfirmasi sebelum dipublikasikan.
Kutipan Wawancara dalam Skripsi dan Tesis
Dalam skripsi, biasanya ditempatkan di beberapa bagian penting. Pertama, di Bab Pembahasan, kutipan digunakan untuk mendukung argumen atau temuan yang Anda uraikan. Kedua, transkrip wawancara lengkap dapat dimasukkan ke dalam Lampiran, agar pembaca atau dosen pembimbing dapat melihat konteks wawancara secara utuh. Ketiga, tergantung pada gaya kutipan yang digunakan, informasi wawancara juga bisa dicantumkan di Daftar Referensi atau hanya sebagai catatan kaki.
Contoh penulisan kutipan wawancara dalam skripsi bisa dilakukan dalam dua cara. Misalnya secara langsung: Menurut Bu Sri, guru SMA di Semarang, “Sistem zonasi justru menyulitkan siswa berprestasi di daerah terpencil” (Wawancara, 15 Februari 2025). Atau bisa juga dengan parafrase: Dalam wawancara tanggal 15 Februari 2025, Bu Sri menyatakan bahwa sistem zonasi kurang memperhatikan kondisi geografis siswa. Pilih format yang sesuai dengan gaya penulisan Anda dan pastikan kutipan tersebut relevan dengan isi pembahasan.
Tips Memilih Kutipan yang Kuat
Tidak semua jawaban wawancara perlu dikutip. Pilihlah kutipan yang penuh makna atau menggambarkan pengalaman unik, memberikan insight baru, mengandung pernyataan tegas atau kritis, serta memperkuat argumen Anda. Contoh kutipan yang kuat misalnya: “Bagi saya, belajar online bukan solusi, tapi kompromi,” ujar Nurul, mahasiswa tingkat akhir di Universitas Lampung.
Menyusun Lampiran Wawancara
Jika Anda melakukan banyak wawancara, sebaiknya susun lampiran khusus yang memuat nama narasumber, waktu dan tempat wawancara, pertanyaan dan jawaban lengkap (transkrip), serta catatan penting jika ada. Lampiran ini membantu pembaca memahami konteks dan membuktikan bahwa Anda benar-benar melakukan riset lapangan.
Contoh Lengkap Penulisan Kutipan Wawancara
Mari kita lihat satu contoh lengkap. Dalam kutipan teks gaya APA: “Pekerja informal tidak hanya kehilangan penghasilan, tapi juga martabatnya,” ujar dr. Sari Wulandari, aktivis kesehatan masyarakat, dalam wawancara pribadi pada 2 April 2025. Karena ini merupakan wawancara pribadi, kutipan tersebut tidak dicantumkan dalam daftar pustaka. Namun, untuk memperkuat kredibilitas, informasi lengkap ditampilkan dalam lampiran skripsi.
Dalam Lampiran 3 berjudul Wawancara dengan dr. Sari Wulandari, tercantum bahwa wawancara dilakukan pada 2 April 2025 di Klinik Satu Atap, Yogyakarta. Pertanyaan yang diajukan antara lain: “Apa dampak COVID-19 terhadap kelompok pekerja informal?” dan “Bagaimana peran klinik dalam membantu mereka?” Cuplikan jawaban dari narasumber: “Pekerja informal tidak hanya kehilangan penghasilan, tapi juga martabatnya. Kami menemukan banyak kasus depresi ringan karena tekanan ekonomi.” Lampiran seperti ini memberikan konteks yang lengkap dan transparansi atas sumber data kualitatif Anda.
Baca Juga: Cara menulis kutipan dari jurnal ilmiah
Kesimpulan
Menulis kutipan wawancara adalah kombinasi antara seni mendengar dan tanggung jawab dalam menyampaikan. Anda tidak hanya menuliskan apa yang dikatakan seseorang, tetapi juga menjaga keaslian makna, emosi, dan konteks di balik kata-kata itu. Dengan mengikuti panduan di atas, Anda bisa menyusun kutipan wawancara yang rapi, akurat, dan penuh integritas. Tak peduli apakah Anda menulis artikel ilmiah, laporan riset, atau cerita human interest, kutipan wawancara yang ditulis dengan baik akan memberi warna dan kekuatan yang tak tergantikan pada tulisan Anda. Jadi, setelah mewawancarai seseorang, jangan buru-buru menyusun paragraf. Dengarkan ulang rekamannya, rasakan maknanya, lalu pilih kata-kata yang bisa menggambarkan kisah itu dengan seadil dan seindah mungkin.
Bagi Anda yang sedang menghadapi tantangan dalam menyusun skripsi atau penelitian di bidang pendidikan, kami menyediakan jasa pembuatan skripsi yang profesional dan terpercaya. Dapatkan bimbingan terbaik untuk memastikan skripsi Anda berkualitas dan sesuai dengan standar akademik. Hubungi Skripsi Malang sekarang untuk konsultasi dan bantuan lebih lanjut!
Penulis: Ani Fitriya Ulfa