Bayangkan Anda sedang duduk di sebuah kafe kecil. Di sekeliling, orang-orang sibuk berbicara, tertawa, atau tenggelam dalam layar laptop masing-masing. Anda memperhatikan sekeliling, mendengarkan, mengamati, dan tiba-tiba muncul pertanyaan dalam hati: apa yang sebenarnya mereka alami? Apa arti dari kebersamaan, kesepian, atau bahkan secangkir kopi bagi setiap individu di ruangan itu? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini muncul bukan sekadar untuk dijawab, tetapi untuk direnungkan, dijelajahi maknanya dari dalam pengalaman manusia itu sendiri.
Jika Anda pernah bertanya seperti itu tentang bagaimana manusia merasakan, mengalami, dan memberi makna pada hal-hal sehari-hari maka Anda sudah satu langkah lebih dekat dengan pendekatan fenomenologi. Dalam dunia skripsi humaniora, pendekatan ini membuka ruang untuk memahami pengalaman manusia secara langsung, mendalam, dan otentik, tanpa tergesa-gesa menggeneralisasi. Fenomenologi tidak sekadar membahas apa yang terlihat, tetapi juga bagaimana sesuatu dialami oleh subjek. Artikel ini akan menjadi panduan ringan namun informatif untuk membantu Anda memahami skripsi humaniora dengan pendekatan fenomenologi: apa yang dimaksud, mengapa penting, dan bagaimana Anda dapat menuliskannya dengan reflektif, tenang, dan penuh makna.
Baca Juga: Skripsi Humaniora Analisis Wacana: Menggali Makna di Balik Teks dan Narasi Sosial
Sekilas tentang Skripsi Humaniora
Mari kita mulai dari hal mendasar: apa itu skripsi humaniora? Skripsi humaniora adalah karya ilmiah akhir yang ditulis oleh mahasiswa dari disiplin ilmu seperti Filsafat, Sastra, Antropologi, Kajian Budaya, Komunikasi, atau Sejarah, dengan fokus utama pada pengalaman, pemaknaan, ekspresi, atau nilai-nilai kemanusiaan yang dianalisis melalui pendekatan kualitatif. Berbeda dengan skripsi di bidang eksakta atau ilmu sosial yang berbasis eksperimen, skripsi humaniora lebih menekankan refleksi, interpretasi, dan pemahaman mendalam atas fenomena manusia. Di sinilah pendekatan fenomenologi hadir sebagai metode yang sangat relevan, karena memungkinkan peneliti untuk menyelami makna-makna yang hidup dalam pengalaman subjektif manusia.
Apa Itu Pendekatan Fenomenologi?
Fenomenologi adalah pendekatan yang berfokus pada pengalaman subjektif manusia yaitu bagaimana seseorang mengalami, merasakan, dan memaknai sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Pendekatan ini, yang bersumber dari gagasan filsafat Edmund Husserl, mengajak kita untuk “kembali ke hal-hal itu sendiri” dan menggeser pertanyaan dari “Apa fakta obyektifnya?” menjadi “Bagaimana seseorang menghayati pengalaman itu?” Dalam konteks skripsi humaniora, fenomenologi memungkinkan peneliti menyelami dunia batin individu, baik itu pengalaman trauma, cinta, identitas, religiositas, maupun aktivitas keseharian seperti menjadi ibu rumah tangga atau hidup sebagai anak kos di kota besar.
Kenapa Memilih Pendekatan Fenomenologi?
Kalau kamu masih ragu, berikut beberapa alasan kenapa pendekatan fenomenologi bisa jadi pilihan cerdas untuk skripsimu:
- Menghargai Suara Individu
Fenomenologi tidak men-general-kan manusia. Ia menghargai setiap cerita sebagai unik dan bermakna. - Sesuai untuk Topik-Topik Emosional dan Eksistensial
Misalnya: pengalaman kehilangan, menjadi minoritas, kecemasan saat pandemi, makna spiritualitas, dll. - Mendalam dan Personal
Skripsimu akan punya kedalaman makna, bukan hanya deskripsi permukaan. - Fleksibel dan Reflektif
Pendekatan ini cocok untuk kamu yang suka berpikir kritis dan reflektif, atau ingin mendekatkan ilmu dengan empati.
Contoh Topik Skripsi Humaniora dengan Pendekatan Fenomenologi
Kalau kamu butuh inspirasi, berikut beberapa topik yang bisa dikaji secara fenomenologis:
- Bidang Filsafat
Contoh topik fenomenologi misalnya pengalaman kesepian mahasiswa perantauan atau makna kebebasan bagi remaja urban di era media sosial. Keduanya menggali pengalaman subjektif secara mendalam.
- Bidang Sastra
Pengalaman pembaca puisi Chairil Anwar atau penelusuran pengalaman cinta dalam tokoh-tokoh novel Ayu Utami, dengan pendekatan fenomenologi.
- Bidang Kajian Budaya
Contoh topik lainnya adalah pengalaman perempuan berhijab di lingkungan kerja sekuler dan fenomenologi pengalaman body shaming pada remaja perempuan di media sosial, yang sama-sama menggali pengalaman personal dalam konteks sosial dan kultural tertentu.
- Bidang Antropologi
Topik lain yang bisa dikaji dengan pendekatan fenomenologi adalah pengalaman spiritual jamaah tarekat di desa X serta makna tradisi pernikahan adat dalam kehidupan generasi milenial. Keduanya menyoroti bagaimana individu menghayati pengalaman spiritual dan budaya secara personal di tengah dinamika zaman.
- Bidang Komunikasi
Contoh topik fenomenologi lainnya mencakup pengalaman pengguna media sosial yang mengalami cyberbullying serta makna “viral” bagi konten kreator pemula, yang keduanya mengungkap bagaimana individu memaknai pengalaman digital mereka secara personal dan emosional.
Langkah-langkah Menyusun Skripsi Humaniora dengan Pendekatan Fenomenologi
Berikut panduan langkah demi langkah biar kamu nggak bingung saat mulai menyusun skripsimu:
- Pilih Pengalaman yang Ingin Dikaji
Fenomenologi selalu berpusat pada pengalaman subjektif, sehingga langkah pertama adalah menentukan pengalaman apa yang ingin Anda teliti. Pastikan pengalaman tersebut memiliki makna mendalam bagi subjek, cukup umum sehingga bisa diteliti pada lebih dari satu orang, serta relevan dengan disiplin ilmu Anda dan konteks zaman sekarang.
- Lakukan Penajaman Masalah
Dalam pendekatan fenomenologi, Anda dapat merumuskan pertanyaan penelitian seperti: “Bagaimana individu mengalami X?”, “Apa makna pengalaman X bagi subjek?”, atau “Bagaimana pengalaman X memengaruhi identitas subjek?” Contoh rumusan masalah yang relevan adalah: “Bagaimana pengalaman perempuan lajang usia 30-an memaknai tekanan sosial untuk menikah di kota besar?” Pertanyaan-pertanyaan ini membantu menggali makna mendalam dari pengalaman subjektif yang diteliti.
- Temukan Informan yang Tepat
Dalam penelitian fenomenologi, biasanya digunakan 5–10 informan yang benar-benar mengalami fenomena yang diteliti. Mereka tidak harus merupakan ahli, namun penting bahwa mereka menghayati pengalaman tersebut secara mendalam. Proses pengumpulan data umumnya dilakukan melalui wawancara fenomenologis yang bersifat semi-terstruktur dan mendalam, untuk menggali makna subjektif dari pengalaman para partisipan.
- Susun Pedoman Wawancara
Alih-alih menggunakan pertanyaan “ya atau tidak,” cobalah mengajukan pertanyaan terbuka seperti “Apa yang kamu rasakan saat itu?”, “Bagaimana kamu memaknai pengalaman itu sekarang?”, atau “Bisakah kamu ceritakan momen yang paling membekas?” agar percakapan menjadi lebih dalam dan bermakna.
- Analisis dengan Metode Fenomenologi
Ada beberapa pendekatan analisis dalam fenomenologi, seperti Metode Colaizzi, Metode van Manen, dan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Meskipun berbeda-beda, ketiganya umumnya mengikuti langkah-langkah serupa, yakni membaca transkrip secara berulang-ulang, menemukan pernyataan-pernyataan yang signifikan, mengelompokkan pernyataan tersebut ke dalam tema-tema makna, lalu merangkai makna keseluruhan dari pengalaman para informan.
- Tulis dengan Penuh Empati dan Refleksi
Dalam penulisan, hindari membuat generalisasi. Gunakan kutipan langsung, narasi personal, dan bahasa yang menggambarkan pengalaman informan seotentik mungkin.
Struktur Ideal Skripsi Fenomenologi
Berikut struktur yang bisa kamu pakai sebagai kerangka dasar:
- Bab I: Pendahuluan
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan dan manfaat penelitian
- Ruang lingkup
- Sistematika penulisan
- Bab II: Tinjauan Pustaka
- Teori fenomenologi
- Studi-studi sebelumnya
- Konsep kunci sesuai topik (misal: pengalaman, identitas, dll)
- Bab III: Metodologi Penelitian
- Pendekatan fenomenologi
- Subjek dan informan
- Teknik pengumpulan dan analisis data
- Validitas dan etika penelitian
- Bab IV: Temuan dan Interpretasi
- Tema-tema pengalaman yang muncul
- Kutipan wawancara
- Penafsiran makna
- Bab V: Penutup
- Simpulan temuan
- Implikasi (praktis dan teoretis)
- Saran untuk penelitian selanjutnya
Tips agar Skripsimu Lancar
Bangun kepercayaan dengan informan adalah langkah awal yang sangat penting. Mereka harus merasa nyaman untuk bercerita, karena wawancara dalam pendekatan fenomenologi bisa menjadi sangat emosional dan itu justru hal yang baik. Kisah hidup orang lain sering kali luar biasa dan mengharukan, sehingga kamu perlu bersiap untuk terharu atau bahkan tercengang. Dari situ, kamu tidak hanya mendapatkan pembelajaran akademis, tetapi juga pelajaran yang sangat manusiawi.
Selain itu, jangan terlalu “kaku” secara ilmiah. Pendekatan fenomenologi memberi ruang bagi fleksibilitas dan kepekaan, jadi biarkan pengalaman informan “berbicara” dengan alami. Pastikan juga untuk merekam dan mentranskrip wawancara dengan teliti, karena transkrip yang detail akan sangat membantu dalam proses analisis. Yang tak kalah penting, jaga etika dan privasi informan dengan menggunakan nama samaran dan selalu meminta persetujuan mereka sebelum menggunakan data yang diberikan.
Kesalahan yang Perlu Dihindari
Salah satu kekeliruan umum dalam penelitian adalah menggunakan pendekatan fenomenologi tetapi menerapkannya secara kuantitatif. Fenomenologi tidak cocok untuk survei atau angka-angka statistik karena fokus utamanya adalah pada kedalaman pengalaman subjektif, bukan generalisasi berbasis data numerik. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah menggiring jawaban informan dengan pertanyaan yang mengarahkan; padahal, dalam fenomenologi, penting untuk membiarkan makna muncul secara alami dari cerita mereka tanpa paksaan interpretasi.
Selain itu, peneliti juga kadang hanya fokus pada cerita tanpa melakukan analisis yang mendalam. Padahal, inti dari fenomenologi bukan hanya menceritakan ulang pengalaman, tetapi menafsirkan makna di balik pengalaman tersebut. Kesalahan lain yang perlu dihindari adalah menggunakan terlalu banyak informan. Dalam pendekatan ini, kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas lebih baik memiliki lima informan dengan cerita yang dalam daripada dua puluh informan dengan narasi yang dangkal.
Baca Juga: Skripsi Humaniora Kajian Film: Menyelami Dunia Sinema melalui Lensa Akademis
Kesimpulan
Skripsi humaniora dengan pendekatan fenomenologi merupakan bentuk keberanian intelektual dan emosional untuk menyelami dunia pengalaman orang lain. Pendekatan ini mengajak Anda untuk benar-benar mendengar, merasakan, dan memahami, bukan sekadar mencatat data atau menyusun kesimpulan akademis. Melalui proses ini, Anda akan menyadari bahwa setiap individu memiliki kisah hidup yang unik, dan di balik setiap kisah tersebut tersimpan makna yang mendalam. Anda bukan hanya seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir, melainkan seorang pencari makna yang berupaya memahami sisi terdalam dari eksistensi manusia. Oleh karena itu, saat Anda mulai menulis skripsi, ingatlah bahwa yang Anda tulis bukan sekadar karya ilmiah, tetapi sebuah upaya merekam kemanusiaan dalam bentuknya yang paling jujur dan tulus. Hal tersebut merupakan kontribusi yang luar biasa, baik secara akademis maupun secara manusiawi.
Bagi Anda yang sedang menghadapi tantangan dalam menyusun skripsi atau penelitian di bidang pendidikan, kami menyediakan jasa pembuatan skripsi yang profesional dan terpercaya. Dapatkan bimbingan terbaik untuk memastikan skripsi Anda berkualitas dan sesuai dengan standar akademik. Hubungi Skripsi Malang sekarang untuk konsultasi dan bantuan lebih lanjut!
Penulis: Ani Fitriya Ulfa